Pages

Friday, March 11, 2011

SEKELUMIT CERITA HAMBA ALLAH

“Bodoh!Bodoh!Bodoh!”.. Itulah kata yang selalu terlintas dalam fikiranku waktu masih di sekolah dasar. Operasi penambahan, pengurangan terasa sangat susah. Susah sekali. Apalagi perkalian dan pembagian. Suatu malam, diawali dengan niat baik tuk shalat subuh di awal waktu, tepatnya jam 3 malam (Eits.. bukan malam tapi pagi, Hehe) aku beranjak dari tidur, memberanikan diri berangkat ke sungai dekat rumah seorang diri. Walau dihantui rasa takut.. tetap kuteguhkan hati “tak akan terjadi apa-apa, gak ada yang namanya hantu.. Bismillah”. Tapi tetap saja seperti ada sesuatu yang bergerak, Huftt. Perasaan emang tidak bisa dibohongi.. Hehe. Alhasil.. Waktu mau shlat subuh, Dunia serasa berputar kala aku bangun dari rukuk. Tak kuat lagi ku menahan putaran itu, akhirnya kuterjatuh. Hmm… Gak bisa masuk sekolah dech. Padahal hari itu ada tugas mengerjakan Operasi pembagian. Untungnya, ayahku pinter jadi malemnya aku minta ayah tuk mengerjakan. ..(Hehe, nakal ya.. biasa masih anak-anak). Pagi2 sekitar jam 7, saat kondisiku sudah agak mendingan, ibuku menerangkan tugas yang sudah dikerjakan oleh ayahku padaku (^_^ Ibuku pinter juga). Alhamdulillah, berawal dari niat yang baik, aku mengerti, Dan dari situ, aku mulai menyukai pelajaran menghitung. Dan Alhamdulillah dari kelas 1 sampai kelas 6 SD peringkatku menaik (Gak juga sih bergelombang..^_*), dari peringkat 4, 3, 0, 2,1, dan 1.

Berlanjut di sekolah menengah, di Mts. Aku semakin suka matematika. Aku dipertemukan dengan guru yang super telaten dan super ikhlas. Terimakasih Pak.. Jasa anda tak pernah saya lupakan. Tak lupa juga guru2 yang lainnya. Terima kasih.. terimakasih. Aku diikutkan olimpiade, sering bangets oleh guru tersebut ^_^, sebut saja Pak M. Kerja keras, dari sekolah yang biasa mau bersaing dengan sekolah negeri2 favorit. Tapi aku kagum dengan rasa optimistis Pak M. beliau tiada lelahnya mengikutkan aku olimpiade walaupun aku tidak juara, sempat juara sih tapi itu bagian utara saja gak dengan Kota, hehe. Wajar wajar.. (Menghibur diri). Suatu hari, saat aku mengikuti kelas akselerasi, Pak M memanggilku, “Belajar yang rajin” itulah kata beliau katakana sembari tersenyum. Aku terheran, ada apa, tumben bilang kayak gitu. Aku liat ada kebahagiaan yang tersirat dibalik senyumnya. Aku hanya bisa menunduk sambil tersenyum juga. Saat aku mengikuti pelajaran biologi, ada rasa tak percaya, kaget, senang berkecamuk dalam hati dan fikrku. Aku melihat Nomor bangkuku saat olimpiade di salah satu Universitas di kota berada di urutan nomor satu. Aku tetap tak percaya saat guruku memperlihatkannya di Koran radar madura yang baru keluar hari itu, beliau juga coba membuktikan apa benar. Karena di Koran itu, ada namaku (walpun sedikt salah ^^) tapi nama sekolahnya benar. Sangat.. sangat susah ku percaya. Aku tidak tahu aku harus bersyukur atau tidak. Sumpah sulit untuk aku percaya karena saat itu dari 60 soal yang ada hanya sekitar 20 soal yang aku jawab dengan tingkat keyakinan benar 65%. Aku berfikir kembali. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Mungkin ini adalah hasil kerja keras Bapak M dan juga kesempatan bagiku. Terima kasih Pak. Sampai rumah, ibuku pun tak percaya pas aku bilang aku juara 1 penyisihan Olimpiade matematika semadura itu. Kulihat aura wajahnya. Ibuku bahagia sekali. Akupun dimanja oleh semua orang, ekstra belajar, 1 minggu menjelang babak semifinal. Walaupun akhirnya tidak lolos masuk final, aku tetap senang dengan prestasi yang tak pernah aku sangka. Maafkan aku Bapak M, Ibu, dan semua orang yang telah mendukungku. Saat itu, aku tidak bisa memberikan kebanggaan sampai akhir. Maaf, ketidak ikhlasanku dalam belajar karna satu variable yang tak seharusnya aku fikirkan. Maafkan aku Pak.

Waktu berjalan, akhirnya aku lulus Mts dengan prestasi sebagai wisudawan terbaik dan hadiah tak terduga oleh salah satu pejabat kabupaten karena prestasi waktu olimpiade tadi. Beliau sangat appreciate karena sekolahku yang bisa dibilang sekolah swasta terpencil yang amat biasa bisa mengalahkan SMPN-SMPN di Madura. Suatu kebanggaan tersendiri ungkap beliau walau hanya di babak penyisihan. Malu dan senang tercampur dalam hatiku saat itu. “Cuma penyisihan” Gumamku. Terima kasih untuk guru-guru MTs yang telah membimbingku selama 3 tahun. ^_^

“Bersambung” ^_^

No comments:

Post a Comment